65 Pengungsi dan Imigran Tewas Tenggelam di Pantai Yaman: Tragedi Laut

65 Pengungsi dan Imigran Tewas Tenggelam di Pantai Yaman: Tragedi Laut

Sedikitnya 68 pengungsi dan imigran asal Afrika tewas setelah sebuah kapal terbalik di lepas pantai Yaman. Insiden tragis ini terjadi ketika kapal yang mengangkut 154 warga negara Etiopia mengalami kecelakaan di perairan Provinsi Abyan. Menurut laporan resmi dari Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), hanya 12 orang yang berhasil selamat dari kejadian tersebut.

Kepala IOM di Yaman, Abdusattor Esoev, mengonfirmasi bahwa jenazah 54 orang telah ditemukan terdampar di Distrik Khanfar, sementara 14 lainnya ditemukan di lokasi berbeda. Otoritas kesehatan setempat sebelumnya telah mengungkapkan jumlah kematian yang lebih rendah, dengan 54 korban, namun jumlah total yang dilaporkan kemudian meningkat seiring dengan penemuan lebih banyak jenazah. Upaya pencarian dan penyelamatan masih berlanjut meski kondisi di area tersebut terbilang sulit.

Rute Berbahaya untuk Migran

Jalur laut antara Yaman dan Tanduk Afrika telah lama menjadi rute yang berisiko tinggi untuk para pengungsi dan imigran. Banyak dari mereka yang melarikan diri dari konflik di negara mereka, seperti Somalia dan Etiopia, dan berharap untuk menemukan perlindungan di Yaman atau bahkan melanjutkan perjalanan ke negaranegara Teluk yang lebih makmur.

Rute ini dikenal sebagai salah satu jalur migrasi tersibuk dan paling berbahaya di dunia. IOM mencatat bahwa selama dekade terakhir, lebih dari 2.082 orang telah hilang di sepanjang rute tersebut, dengan 693 di antaranya yang terkonfirmasi tenggelam. Tahun lalu saja, sebanyak 558 orang dilaporkan tewas selama perjalanan berbahaya ini. Sementara itu, lebih dari 60.000 pengungsi dan imigran tiba di Yaman pada tahun ini, meski angka tersebut menunjukkan penurunan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 97.200.

Krisis yang Meningkatkan Jumlah Pengungsi

Krisis di Yaman semakin mempersulit situasi para pengungsi. Sejak tahun 2014, ketika perang saudara meletus, ribuan warga Yaman melarikan diri dari tanah air mereka. Perang ini telah menciptakan salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia, mendorong tidak hanya warga Yaman tetapi juga imigran dari Afrika untuk mengambil risiko yang sangat berbahaya demi mencari kehidupan yang lebih baik.

Pemberontak Houthi dan pemerintah Yaman telah mencapai kesepakatan gencatan senjata pada April 2022, yang sedikit meredakan kekerasan. Meski begitu, keadaan di Yaman tetap sangat rentan. Banyak dari yang melarikan diri dari Afrika berusaha melalui Yaman untuk mencapai tujuan mereka, yang sering kali mengharuskan mereka menumpang di kapalkapal yang penuh sesak dan tidak layak.

Upaya Penanganan dan Tantangan yang Dihadapi

Direktur kantor kesehatan di Zanzibar, Abdul Qader Bajamil, menyatakan bahwa pihak berwenang sedang mengorganisir pemakaman para korban terendung di dekat Kota Shaqra. Namun, tantangan dalam pencarian dan penanganan para korban ini sangat besar, dan otoritas setempat masih berusaha memberikan bantuan.

Upaya untuk meningkatkan keamanan di perairan ini juga ditingkatkan, tetapi hal itu tidak sepenuhnya menghentikan aktivitas penyelundupan manusia. Dalam laporan terbaru, IOM menunjukkan adanya peningkatan patroli perairan yang diharapkan dapat mengurangi insiden serupa di masa depan.

Yaman saat ini menjadi rumah bagi sekitar 380.000 pengungsi dan imigran, sebuah angka yang menunjukkan besarnya krisis kemanusiaan yang dihadapi. Dengan terus meningkatnya jumlah pengungsi, penting bagi komunitas internasional untuk mengatasi masalah ini dan memberikan dukungan yang dibutuhkan.

Di tengah tragedi ini, harapan tetap ada—bahwa setiap nyawa dapat terjaga, dan bahwa para pengungsi serta imigran dapat menemukan tempat yang aman dan layak untuk hidup.