Kebocoran data besarbesaran kembali menjadi topik hangat, kali ini menyangkut aplikasi kencan Tea. Sebanyak 72.000 gambar pengguna telah diekspos oleh peretas dan tersebar di internet. Insiden ini diungkap oleh Tea pada Jumat (26/7) setelah mereka mendeteksi aktivitas mencurigakan di sistemnya.
Menurut pernyataan resmi dari perusahaan, di antara gambar yang bocor, terdapat 13.000 swafoto dan foto identitas resmi yang diunggah oleh pengguna sebagai bagian dari proses verifikasi akun. Sisanya, yakni 59.000 gambar, berasal dari unggahan, komentar, dan pesan langsung di aplikasi tersebut. Data sensitif lain seperti alamat email dan nomor telepon, menurut Tea, tidak termasuk dalam kebocoran.
Dalam upayanya untuk menangani situasi ini, Tea menyebut bahwa hanya pengguna yang mendaftar sebelum Februari 2024 yang terpengaruh. Mereka segera mengontrak pakar keamanan siber independen dan menerapkan langkahlangkah keamanan tambahan untuk melindungi data pengguna di masa depan. “Kami bekerja nonstop untuk memastikan sistem kembali aman dan masalah teknis telah diperbaiki,” jelas juru bicara Tea yang dikutip oleh TechCrunch.
Meski langkahlangkah ini diambil, laporan dari 404 Media menunjukkan bahwa sejumlah pengguna forum daring seperti 4chan telah berhasil mengakses dan membagikan data pribadi yang bocor. Ini mengindikasikan bahwa meskipun perusahaan berusaha keras untuk menanggulangi kebocoran, keamanan data pengguna tetap menjadi perhatian serius.
Insiden ini datang pada saat Tea sedang meraih popularitas di kalangan pengguna aplikasi iOS. Pada hari Sabtu (27/7), aplikasi ini bahkan menduduki peringkat teratas di Apple App Store. Ironisnya, perolehan ini bisa terancam dengan munculnya masalah kepercayaan yang akibat kebocoran data.
Kecenderungan aplikasi kencan untuk meminta data sensitif dari penggunanya menimbulkan perhatian. Banyak yang berpendapat bahwa keamanan data harus menjadi prioritas utama bagi perusahaan yang mengharuskan pengguna untuk membagikan informasi identitas mereka. Kebocoran ini menyoroti perlunya penegakan regulasi yang lebih ketat mengenai perlindungan data pribadi di semua platform, terutama yang berkaitan dengan hubungan sosial.
Pengguna yang terpengaruh diimbau untuk segera memperbarui informasi keamanan pada akun mereka. Tea juga berjanji untuk terus memantau perkembangan dan memberikan pembaruan terkait potensi risiko lanjutan. Ini menjadi pelajaran berharga bagi semua penyedia layanan yang mengandalkan data pengguna untuk melindungi privasi dan keamanan informasi yang mereka miliki.
Seiring meningkatnya jumlah aplikasi kencan, kasus seperti ini menjadi pengingat bahwa pengguna perlu berhatihati dan menyadari risiko yang terkait dengan berbagi data pribadi. Kebocoran data tidak hanya berdampak pada individu yang terlibat, tetapi juga bisa merusak reputasi perusahaan dan mengurangi kepercayaan publik terhadap layanan mereka.
Diharapkan langkahlangkah yang diambil oleh Tea tidak hanya menutup luka yang ditimbulkan oleh kebocoran ini, tetapi juga menjadi standar bagi industri untuk meningkatkan keamanan dan melindungi data pribadi penggunanya. Perusahaan harus berkomitmen untuk menjaga kepercayaan pengguna dan menciptakan lingkungan yang lebih aman dalam penggunaan teknologi digital.





