Nikita Mirzani kembali menjadi perbincangan hangat di media sosial setelah membawa anak bungsunya, Arkana Mawardi, ke ruang sidang Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada Kamis, 7 Agustus 2025. Tindakan ini mengundang kontroversi, karena ada larangan membawa anak kecil ke ruang sidang yang ditetapkan oleh pengadilan. Meskipun Nikita meminta izin untuk menjaga anaknya tetap di ruangan, hakim menolak permohonan tersebut dan memerintahkan agar Arkana dikeluarkan dari ruang sidang. Dalam situasi itu, Nikita terlihat menangis, namun reaksi publik justru menyudutkannya.
Kejadian ini bukan hanya menarik perhatian media, tetapi juga mengundang beragam komentar dari warganet. Banyak yang menuduh Nikita sedang mencari simpati untuk membela diri dari dakwaan yang tengah dihadapinya. Seorang netizen menulis, “Mencari simpati dengan membawa anak kecil ke persidangan. Haduh, memang agak lain manusia yang satu ini.” Sementara itu, yang lain menekankan, “Kenapa anaknya harus dilibatkan dalam masalah ibunya? Akan ada memori yang terus diingat oleh anak itu.”
Nikita Mirzani saat ini menghadapi proses hukum terkait kasus dugaan pemerasan dan tindak pidana pencucian uang (TPPU) yang sedang ditangani di pengadilan. Ia didakwa melanggar beberapa pasal dalam UndangUndang Informasi dan Transaksi Elektronik dan UndangUndang TPPU. Kasus ini bermula dari siaran langsung di platform TikTok, di mana Nikita mengeluarkan pernyataan negatif tentang produk skincare milik Dr. Reza Gladys. Ulasan tersebut dianggap merugikan reputasi dan keuangan Dr. Reza.
Menurut keterangan, Dr. Reza menghubungi asisten Nikita setelah melihat dampak dari siaran langsung tersebut. Dikatakan bahwa asisten Nikita mengisyaratkan bahwa jika Dr. Reza tidak memberikan sejumlah uang, serangan terhadap produk skincarenya akan berlanjut. Akibatnya, Dr. Reza mengirimkan total Rp4 miliar kepada pihak yang ditunjuk pada dua kesempatan berbeda.
Kasus ini mengarahkan Nikita dan asistennya menjadi tersangka pada Maret 2025 setelah dilaporkan oleh Dr. Reza ke pihak kepolisian. Kini, mereka sedang menjalani proses hukum lebih lanjut. Dalam proses ini, sikap Nikita di ruang sidang menuai kritik, bukan hanya dari hakim, tetapi juga dari masyarakat umum.
Momen di ruang sidang ini seolah semakin memperburuk citra Nikita di mata publik. Alihalih mendapatkan dukungan, tindakan membawa anak yang sedang sakit ke pengadilan justru dianggap sebagai langkah mempertontonkan drama, yang justru mengalihkan perhatian dari substansi hukum. Banyak warganet menilai bahwa hal ini menunjukkan ketidakwajaran dan kurangnya empati terhadap anak.
Reaksi tersebut menandakan bahwa banyak orang tidak sependapat dengan strategi yang dilakukan Nikita. Dalam pandangan publik, usaha untuk mengejar simpati tampaknya tidak berhasil. Alihalih menciptakan momen emosional untuk membela diri, ini justru memperdalam jurang antara Nikita dan simpati warganet ketika menghadapi problem hukum yang serius.
Nama Nikita Mirzani, yang dikenal penuh kontroversi, kembali bangkit menjadi topik hangat di berbagai platform media sosial. Hujatan dan kritik terus mengalir, mencerminkan ketidakpuasan publik terhadap cara Nikita mengelola isu yang tengah dihadapinya. Situasi ini menjadi gambaran bahwa meskipun ada upaya untuk memainkan sisi emosional, perhatian masyarakat terfokus pada substansi dan konsekuensi hukum yang dihadapi.
Dalam konteks ini, Nikita Mirzani seharusnya mempertimbangkan langkahlangkah strategis yang lebih tepat jika ingin mendapatkan dukungan publik, terutama ketika anaknya terlibat dalam situasi kompleks dan sensitif seperti ini. Posisi dan tindakan seorang figur publik, apalagi dalam konteks hukum, bisa berpotensi berharga jika dikelola dengan bijaksana.



