Ketegangan antara Thailand dan Kamboja kembali mencuat setelah serangkaian bentrokan bersenjata di perbatasan kedua negara, yang telah memasuki hari ketiga pada akhir Juli 2025. Konflik ini telah menewaskan sedikitnya 30 orang dan mengakibatkan lebih dari 130.000 warga terpaksa mengungsi. Dalam situasi ini, penting untuk memahami kekuatan militer kedua negara, baik dari segi anggaran maupun alutsista yang dimiliki.
Kekuatan Militer dan Anggaran
Thailand mengungguli Kamboja dalam hal kekuatan militer. Berdasarkan data dari Global Power, skor Indeks Kekuatan Thailand adalah 0,4536, mendudukkannya di peringkat ke25 dunia, sementara Kamboja berada jauh di belakang dengan skor 2,0752, di peringkat ke95 dari 145 negara. Bahkan dalam hal anggaran pertahanan, Thailand juga memperlihatkan dominasi yang signifikan. Pada tahun 2024, anggaran pertahanan Thailand mencapai USD 5,73 miliar (sekitar Rp 93 triliun), sedangkan Kamboja hanya memiliki dana sebesar USD 1,3 miliar (sekitar Rp 21 triliun).
Jumlah personel militer aktif juga menunjukkan perbedaan mencolok. Thailand memiliki lebih dari 360.000 tentara aktif dibandingkan dengan Kamboja yang hanya memiliki 124.300. Kombinasi dari anggaran dan jumlah personel ini menjadikan Thailand sebagai kekuatan militer yang lebih besar dan lebih siap jika dibandingkan dengan Kamboja.
Angkatan Darat
Dalam aspek Angkatan Darat, terdapat perbedaan yang signifikan. Angkatan Darat Kamboja terdiri atas sekitar 75.000 personel dan dilengkapi dengan lebih dari 200 tank tempur serta 480 unit artileri. Sebaliknya, Thailand memiliki sekitar 245.000 tentara di Angkatan Darat, dengan termasuk 115.000 yang merupakan wajib militer. Thailand mengoperasikan sekitar 400 tank tempur, lebih dari 1.200 kendaraan lapis baja, dan sekitar 2.600 senjata artileri, memperlihatkan kemampuan yang jauh lebih superior.
Angkatan Udara
Angkatan Udara Kamboja juga tampak lemah jika dibandingkan dengan Thailand. Kamboja memiliki sekitar 1.500 personel dan armada yang tergolong kecil, hanya mengoperasikan 10 pesawat angkut dan 10 helikopter transportasi. Lebih merepotkan, Kamboja tidak memiliki jet tempur dan mengandalkan helikopter multirole yang terbatas. Di sisi lain, Angkatan Udara Thailand mengerahkan sekitar 46.000 personel dan memiliki 112 pesawat tempur aktif, termasuk jetjet canggih seperti F16 dan Gripen.
Angkatan Laut
Dalam aspek Angkatan Laut, perbandingan juga tidak menguntungkan bagi Kamboja. Angkatan Laut Kamboja memiliki sekitar 2.800 personel dan armada kecil yang mencakup 13 kapal patroli dan 1 kapal pendarat amfibi. Sebagai perbandingan, Angkatan Laut Thailand terdiri dari hampir 70.000 personel dengan armada yang jauh lebih besar, termasuk 1 kapal induk dan 7 fregat, serta 68 kapal patroli. Selain itu, armada Thailand juga termasuk dalam kategori modern dengan dukungan teknologi yang lebih maju.
Kesimpulan
Kekuatan militer antara Thailand dan Kamboja menunjukkan perbedaan yang mencolok, dengan Thailand memimpin dalam semua aspek, dari anggaran, jumlah personel, hingga kompleksitas dan modernitas alutsista. Sementara Kamboja berusaha memperkuat militer setelah reformasi pada 1993, Thailand tampaknya tetap menjadi kekuatan dominan di kawasan Asia Tenggara. Konflik yang terus berkepanjangan di perbatasan hanya menambah kompleksitas hubungan antara dua negara ini, serta menyoroti pentingnya kapasitas pertahanan masingmasing dalam menjaga stabilitas regional.





