Pada malam hingga dini hari 1213 Agustus 2025, langit di seluruh Indonesia akan kembali dihiasi oleh fenomena hujan meteor Perseid. Fenomena ini merupakan peristiwa tahunan yang terjadi saat Bumi melintasi jalur sisa debu komet SwiftTuttle. Peneliti Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin, menegaskan bahwa fenomena ini aman bagi kehidupan di Bumi karena meteor yang terlihat hanyalah bendabenda kecil yang terbakar habis di atmosfer sebelum sampai ke permukaan.
Fenomena Hujan Meteor Perseid
Hujan meteor Perseid dikenal sebagai salah satu hujan meteor yang paling spektakuler dan dinanti setiap tahunnya. Menurut Thomas Djamaluddin, hujan meteor ini terjadi karena Bumi melewati jejak debu yang ditinggalkan oleh komet SwiftTuttle selama orbitnya. Ketika partikel debu tersebut memasuki atmosfer Bumi dengan kecepatan tinggi, gesekan dengan udara menyebabkan mereka menjadi meteor yang terlihat sebagai “bintang jatuh” di langit malam.
Waktu terbaik untuk mengamati hujan meteor Perseid adalah pada menjelang fajar dengan mengarahkan pandangan ke arah timur laut. Syarat utama agar fenomena ini bisa dinikmati dengan maksimal adalah cuaca yang cerah, medan pandang yang terbuka tanpa halangan, dan lokasi yang jauh dari polusi cahaya kota. Thomas mengingatkan bahwa kondisi bulan yang pascapurnama saat fenomena tahun ini akan menyebabkan cahaya bulan yang cukup terang, sehingga intensitas meteor yang terlihat berkurang menjadi sekitar belasan per jam.
Faktor yang Mempengaruhi Pengamatan
Meskipun fenomena Perseid merupakan acara langit yang sangat menarik untuk diamati, keberhasilan pengamatan sangat dipengaruhi oleh faktor cuaca dan pencemaran cahaya. Di daerahdaerah dengan langit yang gelap dan bebas polusi cahaya, pengamat dapat menikmati jumlah meteor yang lebih banyak dibandingkan di kota besar yang terang akibat lampu.
Thomas menyampaikan, “Saksikan di langit timur laut menjelang fajar. Syaratnya cuaca cerah, medan pandang tidak terhalang, dan jauh dari polusi cahaya.” Namun, pengaruh cahaya bulan purnama pada malam tersebut dapat mengurangi jumlah meteor yang terlihat karena kecerahan bulan yang mendominasi langit.
Nilai Edukasi dan Perlindungan Bumi
Selain sebagai hiburan bagi masyarakat dan penggemar astronomi, hujan meteor Perseid memiliki nilai edukatif yang penting. Fenomena ini mengingatkan bahwa Bumi selalu bergerak melalui sisasisa materi antariksa, seperti debu dan partikel kecil dari komet maupun asteroid. Pengamatan rutin fenomena ini dapat menjadi wahana edukasi astronomi bagi masyarakat luas untuk memahami dinamika tata surya dan fenomena alam di langit.
Thomas menegaskan, “Hujan meteor adalah peristiwa tahunan dan ada beberapa kejadian lainnya. Itu sebagai edukasi bahwa bumi sewaktuwaktu melewati sisa debu komet.” Dengan demikian, hujan meteor tidak hanya memperindah langit malam, tetapi juga memberikan kesempatan belajar tentang proses alam semesta.
Hujan Meteor Lain Sepanjang Tahun
Selain Perseid, terdapat beberapa jenis hujan meteor lain yang juga terjadi secara rutin setiap tahunnya. Di antaranya adalah Quadrantid pada bulan Januari, Lyrid di bulan April, Eta Aquarid pada Mei, dan Geminid yang terjadi pada bulan Desember. Masingmasing hujan meteor ini memiliki karakteristik dan intensitas berbeda, tergantung asal partikel debu yang berasal dari komet atau asteroid yang melintasi orbit Bumi.
Intensitas hujan meteor Perseid pada kondisi ideal tanpa gangguan cahaya bahkan dapat mencapai puluhan hingga ratusan meteor per jam. Namun, faktor kondisi cuaca, pencemaran cahaya, dan fase bulan menjadi penentu utama berapa banyak meteor yang dapat diamati oleh pengamat di permukaan Bumi.
Peristiwa hujan meteor Perseid 2025 ini akan menjadi salah satu momen terbaik untuk menikmati keindahan langit Indonesia sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pengamatan astronomi dan pelestarian lingkungan langit yang gelap agar fenomena alam seperti ini dapat dinikmati secara maksimal.





