Di tengah maraknya teknologi satelit Low Earth Orbit (LEO) yang menawarkan kecepatan tinggi dan kapasitas besar untuk layanan internet global, bisnis satelit Geostationary Orbit (GEO) ternyata belum kehilangan relevansi. Para pakar menilai bahwa keberadaan satelit GEO tetap penting dan tidak akan tergantikan oleh LEO, karena keduanya memiliki karakteristik serta fungsi yang berbeda dan saling melengkapi.
Menurut Heru Sutadi, Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute, persaingan antara satelit LEO dan GEO memang semakin terlihat, namun pasar yang mereka layani berbeda. “Masingmasing punya karakteristik dan keunggulan serta tantangan, sehingga pasarnya juga berbeda,” ujar Heru kepada Bisnis.com. Satelit LEO memiliki keunggulan dari sisi kecepatan dan kapasitas data yang lebih tinggi, namun membutuhkan ribuan satelit untuk menciptakan jaringan yang stabil dan luas, sehingga investasi yang dibutuhkan juga sangat besar.
Sementara itu, satelit GEO cukup dengan satu unit untuk mencakup wilayah Indonesia yang luas dan geografisnya menantang. Meski kapasitas dan kecepatan satelit GEO tidak setinggi satelit LEO, keunggulannya adalah cakupan wilayah yang sangat luas dalam satu satelit dan posisi yang konstan dari perspektif Bumi. Hal ini membuat satelit GEO masih sangat efektif untuk layanan telekomunikasi dan pemantauan cuaca.
Pengamat telekomunikasi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Agung Harsoyo, menambahkan bahwa industri satelit saat ini sedang berada di masa transisi dengan tiga jenis konstelasi satelit yang berjalan beriringan, yakni GEO, Medium Earth Orbit (MEO), dan LEO. Ketiganya memiliki kelebihan masingmasing yang saling melengkapi.
Agung mencontohkan bahwa satelit GEO juga terus mengalami perkembangan dengan mengadopsi teknologi High Throughput Satellite (HTS), seperti yang diterapkan pada Satelit Satria di Indonesia. “Perkembangan GEO tetap berkelanjutan di tengah gempuran satelit LEO,” katanya. Menurut Agung, selama sekitar 10 tahun ke depan, ketiga jenis konstelasi satelit ini akan koeksis dan mencapai kesetimbangan dari sisi jumlah dan layanan.
Secara umum, satelit dibedakan berdasarkan orbitnya:
-
LEO (Low Earth Orbit): Terletak pada ketinggian 1601.000 km dari permukaan Bumi. Satelit LEO populer untuk telekomunikasi dan pencitraan karena orbitnya yang rendah dapat menghasilkan gambar resolusi tinggi dan kecepatan data yang cepat, meskipun perlu ribuan satelit untuk mendapatkan cakupan yang stabil dan luas. Contohnya adalah Starlink milik Elon Musk dan OneWeb.
-
MEO (Medium Earth Orbit): Beroperasi di orbit menengah, sering digunakan untuk navigasi global seperti sistem GPS.
- GEO (Geostationary Orbit): Berada pada ketinggian sekitar 35.780 km dari Bumi, sehingga satelit ini tampak diam di langit karena mengikuti rotasi Bumi. Posisi ini memungkinkan satu satelit GEO mengcover wilayah yang sangat luas dengan sinyal yang stabil, cocok untuk telekomunikasi dan pemantauan cuaca.
Keunggulan satelit GEO yang stabil secara posisi sangat penting di wilayah dengan kondisi geografis kompleks seperti Indonesia, di mana infrastruktur kabel serat optik atau seluler belum menjangkau seluruh wilayah. Oleh karena itu, keberadaan satelit GEO masih sangat relevan untuk memastikan pemerataan layanan telekomunikasi.
Di sisi lain, kebutuhan teknologi dan permintaan pasar yang berbeda membuat bisnis satelit LEO dan GEO dapat berjalan bersamaan secara komplementer. Investasi besar yang dibutuhkan untuk jaringan LEO dengan ribuan satelit menjadi salah satu hambatan tersendiri, sementara GEO masih menawarkan solusi efektif untuk cakupan luas dengan jumlah satelit yang jauh lebih sedikit.
Kedua teknologi tersebut terus berinovasi agar dapat memenuhi kebutuhan komunikasi global yang terus berkembang. Di masa depan, kombinasi teknologi satelit GEO, MEO, dan LEO diperkirakan akan mendominasi layanan telekomunikasi, membawa manfaat bagi berbagai sektor, mulai dari internet cepat hingga pemantauan cuaca dan navigasi.
Dengan demikian, meskipun teknologi satelit LEO semakin populer dan menawarkan kecepatan tinggi, keberadaan satelit GEO tetap memiliki peran strategis, terutama di wilayah geografis seperti Indonesia yang membutuhkan layanan telekomunikasi luas dan stabil. Diasumsikan, dalam dekade mendatang, bisnis satelit GEO tetap menjadi pemain penting yang bersinergi dengan teknologi satelit LEO dan MEO.





