Suasana haru menyelimuti kediaman mendiang Prada Lucky Chepril Saputra Namo di Asrama Tentara Kelurahan Kuanino, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, Senin (11/8). Ibunda Prada Lucky, Sepriana Paulina Mirpey, tampak sujud di hadapan Pangdam IX/Udayana TNI Mayjen Piek Budyakto sambil meneteskan air mata. Momen tersebut terjadi saat Pangdam menyampaikan belasungkawa atas meninggalnya putra tercinta yang meninggal akibat penganiayaan oleh sejumlah seniornya di lingkungan TNI.
Dengan suara bergetar, Sepriana memohon keadilan atas kematian anaknya. “Saya mohon, jangan pernah terjadi seperti ini lagi. Cukup anak saya saja,” ujarnya sambil menangis tersedusedu. Kesedihan yang mendalam terpancar dari sosok seorang ibu yang kehilangan kebanggaan dan harapannya. “Saya sangat sakit dan hancur. Kebanggaan saya sudah tidak ada, harapan hidup saya pupus,” tambahnya.
Fakta Kasus Penganiayaan Prada Lucky
Prada Lucky adalah anggota TNI Teritorial Pembangunan 834 Wakanga Mere, Kabupaten Nagekeo, Flores, Nusa Tenggara Timur. Ia meninggal dunia pada Rabu (6/8) saat menjalani perawatan intensif di rumah sakit akibat luka berat yang dideritanya. Jenazah Prada Lucky kemudian dikebumikan di Pemakaman Umum Mapoly Kupang pada Sabtu (8/8).
Pangdam IX/Udayana Mayjen Piek Budyakto secara tegas menyatakan komitmen penuh dari TNI untuk mengusut tuntas kasus ini. “Kami tidak akan memberikan ruang bagi oknum yang melanggar aturan dan merusak marwah TNI,” tegasnya. Sebanyak 20 orang telah ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan oleh Detasemen Polisi Militer. Dari jumlah tersebut, termasuk satu perwira yang diduga turut terlibat dalam penganiayaan tersebut.
Identitas Tersangka dan Proses Hukum
Dari 20 tersangka yang ditahan, sudah diumumkan empat inisial di antaranya, yakni Pratu AA, Pratu EDA, Pratu ARR, dan Pratu PNBS. Penahanan ini merupakan bagian dari langkah cepat dan transparan institusi TNI untuk menunjukkan sikap tegas terhadap pelanggaran dalam internal. Pasukan Pengamanan Militer dan jajarannya terus memantau proses penyidikan untuk memastikan seluruh pihak yang terlibat diadili secara adil dan terbuka.
Respon Keluarga dan Harapan Keadilan
Kehadiran Pangdam Piek Budyakto di kediaman keluarga Prada Lucky memberikan kekuatan emosional bagi Sepriana dan keluarganya yang tengah berduka. Pangdam juga menyampaikan harapan agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan dan menegaskan pentingnya menjaga integritas serta profesionalisme anggota TNI.
“Kami akan memastikan kasus ini menjadi pelajaran bagi seluruh anggota TNI agar tindakan kekerasan serta penindasan tidak pernah terjadi lagi,” ujar Pangdam. Pernyataan tersebut diharapkan dapat menjadi sinyal kuat bahwa institusi militer tidak akan mentolerir berbagai bentuk kekerasan maupun pelanggaran disiplin yang merusak citra dan kehormatan TNI.
Pentingnya Integritas dan Profesionalisme di Lingkungan TNI
Kasus penganiayaan yang berujung pada kematian Prada Lucky menjadi peringatan serius bagi seluruh jajaran Tentara Nasional Indonesia. Disiplin ketat dan penghormatan terhadap hak asasi anggota satuan menjadi fokus utama untuk mencegah terulangnya tragedi serupa. Institusi TNI telah berjanji memperkuat pengawasan dan membangun budaya kerja yang menjunjung tinggi rasa kemanusiaan serta etika militer.
Sebagai bentuk dukungan moral dan penyembuhan bagi keluarga korban, berbagai pihak dari lintas komunitas dan masyarakat setempat juga menunjukkan empati yang besar. Mereka berharap proses hukum berjalan lancar dan pelaku mendapat sanksi yang setimpal sesuai aturan yang berlaku.
Peristiwa ini sekaligus mengingatkan pentingnya perlindungan hak anggota TNI dan perlakuan yang manusiawi di lingkungan militer. Penegakan hukum yang cepat dan adil menjadi sesuatu yang sangat dinantikan oleh keluarga, khususnya ibunda Prada Lucky, Sepriana Paulina Mirpey, yang saat ini masih dalam duka mendalam.



