Penyembelihan dilakukan secara gotong royong oleh panitia dan warga setempat. Dengan latar langit cerah dan angin laut yang sejuk, semangat kebersamaan terasa begitu kental. Bagi masyarakat, kehadiran hewan qurban ini menjadi pengingat bahwa mereka tidak dilupakan, meskipun tinggal jauh dari pusat pemerintahan.
Dr. Said menegaskan bahwa pemilihan Tanjung Kelit sebagai lokasi penyaluran hewan qurban tidaklah tanpa alasan.
“Letaknya yang jauh dari pusat kota membuat desa ini masuk kategori wilayah pesisir yang harus mendapat perhatian lebih, terutama dalam pembangunan sosial dan ekonomi, khususnya sektor perikanan,” jelasnya.
Meski infrastruktur di desa tersebut masih terbatas, kehadiran program seperti ini memberi harapan baru. Warga menyambutnya dengan penuh antusias, merasa diperhatikan oleh pemerintah provinsi.
Di tengah keterbatasan, perayaan Idul Adha di Tanjung Kelit tahun ini terasa istimewa. Bukan semata karena kehadiran daging qurban, tetapi karena simbol empati dan perhatian nyata dari pemerintah.
Warga berharap momentum ini menjadi awal dari perhatian berkelanjutan terhadap pembangunan desa-desa pesisir di Kepri. Idul Adha di Tanjung Kelit kali ini membuktikan bahwa kepedulian tidak mengenal jarak, dan setiap warga, di manapun berada, adalah bagian penting dari wajah Kepulauan Riau.


