Kabinet Israel Setujui Invasi Penuh ke Gaza, Netanyahu Siap Eksekusi September!

Kabinet Israel Setujui Invasi Penuh ke Gaza, Netanyahu Siap Eksekusi September!

Kabinet Keamanan Israel telah memberikan lampu hijau kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk melaksanakan invasi penuh ke Kota Gaza, seperti yang dilaporkan oleh Axios pada 8 Agustus 2025. Keputusan ini merupakan langkah signifikan dalam konflik yang berkepanjangan antara Israel dan Palestina, terutama dalam konteks kekuatan Hamas yang bercokol di wilayah tersebut. Meski belum ada konfirmasi resmi dari Kantor Perdana Menteri, langkah ini menandai eskalasi ketegangan di kawasan yang telah dilanda perang.

Menurut reporter Axios, Barak Ravid, pernyataan dari Kantor Perdana Menteri mengindikasikan bahwa tujuan utama dari rencana ini adalah untuk “mengalahkan Hamas”. Rencana tersebut mencakup persiapan militer untuk menguasai Kota Gaza, sekaligus memastikan adanya bantuan kemanusiaan untuk warga sipil yang terjebak di zona konflik. Dalam konteks ini, pejabat senior Israel yang enggan disebut namanya menambahkan bahwa proses evakuasi warga sipil Palestina diharapkan dapat mulai dilaksanakan pada 7 Oktober mendatang.

Kota Gaza, yang terletak di utara wilayah Palestina, kini menjadi fokus utama rencana militer ini. Pengepungan terhadap militan Hamas akan diberlakukan, dan serangan darat dijadwalkan untuk dilaksanakan secara simultan. Langkah ini dilakukan di tengah laporan mengenai kekejaman yang dialami oleh penduduk sipil. Koresponden Al Jazeera, Shihab Rattansi, menyatakan bahwa rencana invasi ini sebenarnya sudah menjadi sorotan media dalam beberapa hari terakhir.

Netanyahu, dalam sebuah wawancara dengan Fox News, mengungkapkan bahwa Israel berencana mengambil alih seluruh kendali di Gaza tanpa menjadi “badan pemerintahan” yang bertanggung jawab atas wilayah tersebut. Dia menegaskan, “Kami tidak ingin mempertahankannya. Kami ingin memiliki perimeter keamanan. Kami tidak ingin mengaturnya.” Pernyataan ini menunjukkan keinginan Israel untuk mengendalikan situasi tanpa terlibat secara langsung dalam administrasi pemerintahan lokal.

Media Israel juga melaporkan bahwa keputusan untuk menduduki Gaza telah dibuat dan persiapan untuk langkah ini sudah dimulai. Seorang pejabat senior di kantor Netanyahu dilaporkan memberikan informasi bahwa pengumuman resmi mengenai invasi akan segera dilakukan. Ini menunjukkan adanya kesepakatan dalam jajaran pemimpin Israel mengenai langkah agresif yang diambil terhadap kota yang telah lama menjadi pusat ketegangan.

Sementara itu, survei terbaru mengungkapkan bahwa 79 persen warga Yahudi Israel tidak menunjukkan kepedulian terhadap kelaparan dan penderitaan yang dialami penduduk Gaza. Hal ini mencerminkan pemisahan yang dalam antara persepsi domestik dan realitas kemanusiaan yang terjadi di lapangan. Ketidakpedulian ini menjadi semakin relevan ketika tantangan kemanusiaan di Gaza semakin mendesak.

Ketegangan yang meningkat ini juga menarik perhatian internasional, dengan berbagai pihak mulai mengeluarkan pernyataan tentang pentingnya menjaga stabilitas di kawasan tersebut. Para analis memperingatkan bahwa tindakan militer Israel dapat memicu reaksi keras dari berbagai kelompok di wilayah tersebut dan akan memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah kritis.

Rencanakan dan laksanakan tindakan yang cepat, sambil memprioritaskan bantuan untuk warga sipil, menjadi fokus utama dari rencana kabinet Israel ini. Namun, tantangan besar tetap ada, mengingat banyaknya jumlah penduduk sipil yang terjebak di tengah baku tembak dan ketegangan yang melanda daerah tersebut. Pihak berwenang di Gaza kini harus bersiap menghadapi kemungkinan terburuk terkait invasi yang diantisipasi pada bulan depan.

Dengan situasi yang semakin tidak menentu, dunia kini menunggu tindakan selanjutnya dari Israel dan reaksi komunitas internasional terhadap rencana yang kini dinyatakan. Keseimbangan antara keamanan dan kemanusiaan menjadi tantangan besar yang harus dihadapi dalam upaya menyelesaikan konflik yang tidak berkesudahan ini.