PEMERINTAH Indonesia barubaru ini mencapai kesepakatan dengan Boeing untuk pembelian 50 unit pesawat yang diharapkan akan memperkuat armada penerbangan nasional, khususnya Garuda Indonesia. Menteri Investasi dan Hilirisasi, Rosan Perkasa Roeslani, mengungkapkan bahwa pengiriman pesawat ini diperkirakan baru akan dimulai pada tahun 20312032, mengingat waktu tunggu yang cukup lama, yakni antara enam hingga tujuh tahun.
Kesepakatan ini merupakan bagian dari perjanjian tarif bea masuk yang lebih luas antara Indonesia dan Amerika Serikat. Dalam penjelasannya, Rosan menekankan bahwa pembelian ini adalah hasil negosiasi antara Boeing dan Garuda Indonesia yang sebenarnya sudah dilakukan sebelum munculnya pandemi COVID19. Namun, hingga saat ini, dari total 50 pesawat yang dipesan, hanya satu unit yang telah diterima, sementara 49 pesawat lainnya masih menunggu pengiriman.
Rosan menambahkan bahwa pihak Boeing telah melakukan pertemuan dengan Garuda dan Kementerian Investasi untuk membahas kelanjutan dari kesepakatan ini. Dengan situasi yang ada, Garuda Indonesia diharap melakukan langkahlangkah antisipatif untuk mengoptimalkan armada yang sudah dimiliki. Saat ini, pesawat Garuda hanya menjalani ratarata jam terbang harian sebesar 5 jam, jauh lebih rendah dari target ideal 12 jam per hari.
Pemerintah juga mengambil tindakan dengan memberikan suntikan dana pinjaman lebih dari US$400 juta kepada Garuda Indonesia. Dana tersebut ditujukan untuk keperluan perawatan dan perbaikan pesawat yang saat ini tidak dapat beroperasi. CEO Danantara, yang memberikan pinjaman tersebut, menjelaskan bahwa banyak pesawat Garuda dan Citilink yang terpaksa tidak terbang, tetapi kewajiban leasing tetap harus dijalankan.
Di sisi lain, pemerintah terus mendorong transformasi menyeluruh pada Garuda, termasuk aspek teknologi dan pelayanan. Rosan juga meminta Direksi Garuda untuk menyusun perencanaan strategis jangka panjang, mencakup optimalisasi armada yang ada, pengaturan rute penerbangan yang lebih efisien, serta proyeksi kebutuhan pesawat baru dalam 67 tahun ke depan.
Transformasi ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan Garuda dalam menghadapi tantangan industri penerbangan yang semakin ketat. Dalam konteks persaingan global, kehadiran pesawatpesawat baru ini diharapkan dapat mendukung ekspansi rute internasional dan domestik, sehingga semakin memperkuat posisi Garuda sebagai maskapai penerbangan utama di Indonesia.
Dalam proses negosiasi dan pembelian ini, penting juga bagi pemerintah untuk tetap membangun hubungan baik dengan pihak Boeing. Sebagai langkah proaktif, pemerintah akan melakukan negosiasi terkait pengiriman 49 pesawat yang belum diterima, agar armada Garuda dapat segera diperkuat dengan pesawatpesawat terbaru yang memiliki teknologi lebih maju.
Dengan investasi yang signifikan dan rencana transformasi yang komprehensif, diharapkan Garuda Indonesia dapat kembali bersaing di tingkat internasional dan meningkatkan pelayanan kepada penumpang. Sebagai bagian dari strategi yang lebih luas, optimisasi armada yang ada dan peningkatan efisiensi operasional diharapkan mampu meningkatkan pendapatan dan keberlanjutan operasional maskapai.
Pengembangan ini merupakan langkah penting dalam era pemulihan ekonomi pascapandemi, di mana sektor penerbangan merupakan salah satu sektor yang paling terdampak. Dengan komitmen yang kuat dari pemerintah dan jajaran manajemen Garuda, diharapkan bahwa industri penerbangan Indonesia dapat bangkit kembali dan tumbuh lebih kuat di masa mendatang.





