Pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un, mengumumkan perubahan besar dalam strategi militer negaranya dengan menekankan peningkatan signifikan jumlah senjata nuklir. Pernyataan ini dilaporkan oleh media pemerintah KCNA pada Selasa, 19 Agustus 2025, yang menandai shift kebijakan militer Pyongyang dalam menghadapi kondisi keamanan yang semakin tegang di wilayah tersebut.
Kim Jong Un mengungkapkan bahwa lingkungan keamanan di sekitar Korea Utara terus memburuk “dari hari ke hari.” Oleh karena itu, ia mendesak revisi menyeluruh terhadap teori dan praktik militer yang selama ini dianut, termasuk percepatan perluasan nuklirisasi. Pernyataan ini disampaikan saat kunjungannya ke kapal perusak baru kelas Choe Hyon, yang sedang menjalani pengujian senjata dan pembangunan kapal multimisi tipe ketiga. Kunjungan tersebut menjadi momentum bagi Kim untuk menegaskan bahwa transformasi signifikan harus terus dimajukan, terutama dalam memperkuat kehadiran angkatan laut.
Fokus pada Angkatan Laut Bersenjata Nuklir
Dalam kunjungan tersebut, Kim meminta tindakan untuk mencapai “transformasi yang berkelanjutan, signifikan, dan bersejarah” pada angkatan laut Korea Utara. Tujuannya adalah melengkapi armada kapal perusak dengan kemampuan senjata nuklir sehingga dapat berfungsi sebagai alat pencegah perang yang efektif. Pemimpin Korea Utara itu menekankan bahwa mengembangkan kemampuan operasional angkatan laut adalah prioritas utama, dan hal tersebut harus segera direalisasikan tanpa penundaan.
Penguatan militer ini dinilai sebagai respons langsung terhadap meningkatnya aktivitas militer gabungan Korea Selatan dan Amerika Serikat yang baru saja memulai latihan militer tahunan mereka dengan sandi Ulchi Freedom Shield. Latihan gabungan ini fokus melatih kemampuan dalam merespons ancaman dari Korea Utara. Dari perspektif Pyongyang, latihan tersebut dianggap sebagai provokasi serius yang dapat memperburuk situasi keamanan regional.
Reaksi Korea Utara terhadap Latihan Militer Gabungan
Menteri Pertahanan Korea Utara, No Kwang Chol, secara resmi mengecam latihan tersebut sebagai “tindakan provokatif.” Ia menyampaikan peringatan bahwa ada konsekuensi negatif yang serius akibat kegiatan militer bersama antara Seoul dan Washington itu. Pernyataan ini memperjelas ketegangan yang semakin meningkat antara Korea Utara dan aliansi Korea SelatanAmerika Serikat, yang dikhawatirkan dapat memicu perlombaan persenjataan lebih lanjut.
Data dan Fakta Penting
- Kim Jong Un menyerukan revisi lengkap strategi militer Korea Utara.
- Penekanan pada percepatan perluasan jumlah senjata nuklir.
- Kunjungan ke kapal perusak kelas Choe Hyon yang sedang dibangun dan diuji.
- Upaya transformasi angkatan laut agar dilengkapi senjata nuklir sebagai pencegah perang.
- Latihan militer gabungan Korea Selatan dan AS dengan sandi Ulchi Freedom Shield sebagai latar belakang ketegangan.
- Pernyataan keras dari Menteri Pertahanan Korea Utara mengenai latihan militer tersebut sebagai provokasi.
Langkah terbaru Korea Utara ini menunjukkan perubahan strategi yang lebih agresif dalam menghadapi dinamika keamanan regional. Fokus pada peningkatan kekuatan nuklir dan modernisasi angkatan laut menjadi bagian dari usaha untuk memperkuat postur pertahanan dan menambah daya tawar dalam politik internasional. Meski demikian, pendekatan ini juga mempertegang situasi yang sudah rawan di Semenanjung Korea, mengundang perhatian komunitas internasional mengenai potensi konflik yang lebih luas di masa depan.





