Orang Indonesia Doyan Utang: Paylater Bank Melonjak 30% Hingga Rp22,99 Triliun!

Orang Indonesia Doyan Utang: Paylater Bank Melonjak 30% Hingga Rp22,99 Triliun!

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan bahwa utang masyarakat Indonesia melalui skema Buy Now Pay Later (BNPL) atau paylater perbankan mencapai Rp22,99 triliun pada bulan Juni 2025. Angka ini mencatatkan pertumbuhan yang signifikan, yaitu 29,72% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Hal ini menunjukkan adanya perubahan perilaku konsumen yang semakin mengandalkan fasilitas utang jangka pendek guna memenuhi kebutuhan seharihari.

Dian Ediana Rae, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, menyampaikan informasi ini dalam konferensi pers di Jakarta pada 4 Agustus 2025. Meskipun porsi kredit paylater perbankan masih tergolong kecil—hanya 0,28% dari total kredit perbankan nasional—pertumbuhan yang tinggi menggambarkan minat masyarakat yang meningkat terhadap kemudahan berutang. Jumlah rekening yang menggunakan layanan ini pun telah mencapai 26,96 juta, menunjukkan popularitasnya di kalangan masyarakat.

Pertumbuhan Kredit Perbankan Nasional

Berdasarkan data OJK, meskipun kredit paylater menunjukkan lonjakan yang signifikan, secara keseluruhan pertumbuhan kredit perbankan nasional mengalami pelambatan. Pada bulan Juni 2025, total kredit meningkat sebesar 7,77% (yoy) menjadi Rp8,06 kuadriliun, sedikit lebih rendah dibandingkan pertumbuhan di bulan sebelumnya yang tercatat 8,43%. Pertumbuhan yang lebih tinggi dicatatkan oleh kredit investasi, yang meningkat sebesar 12,53% (yoy), diikuti oleh kredit konsumsi yang tumbuh sebesar 8,49% (yoy).

Dari kategori debitur, kredit korporasi menunjukkan pertumbuhan yang kuat, mencapai 10,78% (yoy), sementara kredit untuk pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mengalami pertumbuhan lebih rendah, yaitu 2,18% (yoy). Ini menunjukkan adanya tantangan dalam pemulihan kredit di segmen UMKM, meskipun sektor ini tetap penting bagi perekonomian.

Sektor Penyumbang Pertumbuhan

Sektor pertambangan dan penggalian menjadi penyumbang terbesar bagi pertumbuhan kredit, dengan kenaikan sebesar 20,69% (yoy). Sektor jasa juga menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, yaitu 19,17% (yoy). Sektor transportasi dan komunikasi serta sektor listrik, gas, dan air tumbuh masingmasing sebesar 17,94% yoy dan 11,23% yoy.

Sementara itu, meskipun ada pertumbuhan kredit yang beragam, tingkat likuiditas perbankan tetap terjaga dengan baik. Rasio alat likuid terhadap noncore deposit (AL/NCD) berada di level 118,78%, jauh di atas ambang batas minimum yang ditetapkan. Begitu pula dengan rasio alat likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK), yang mencapai 27,05%, lebih tinggi dari ambang batas minimum sebesar 10%.

Kualitas Aset Perbankan

Dari sisi kualitas aset, rasio kredit bermasalah (NonPerforming Loan/NPL) tetap dalam batas yang terkendali. NPL gross berada di angka 2,22% dan NPL net sebesar 0,84%. Hal ini menunjukkan bahwa risiko perbankan tetap terjaga di tengah dinamika ekonomi yang berlangsung.

Dian Ediana Rae menekankan bahwa meskipun terdapat peningkatan signifikan pada sektor paylater, penting bagi masyarakat untuk tetap bijak dalam mengelola utang dan tidak terjebak dalam pola konsumsi yang berlebihan. OJK juga terus mendorong perbankan untuk meningkatkan pemahaman nasabah tentang produk keuangan ini agar penggunaannya lebih tepat sasaran.

Dengan pertumbuhan kredit paylater yang terus meningkat, terutama di kalangan generasi muda, pemahaman dan pengelolaan utang yang baik akan menjadi kunci bagi kesehatan keuangan masyarakat Indonesia ke depan. Seiring dengan perubahan perilaku konsumsi yang terus berkembang, sektor keuangan juga dituntut untuk beradaptasi dan memberikan edukasi yang memadai bagi nasabah.