Indonesia yang berada di lingkaran cincin api atau ring of fire menghadapi risiko bencana alam yang sangat tinggi, baik dari segi jumlah maupun tingkat keparahannya. Menanggapi kondisi ini, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno, menegaskan pentingnya pemanfaatan inovasi teknologi, khususnya kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), untuk memperkuat mitigasi dan penanggulangan bencana di Tanah Air.
Pratikno menyampaikan hal tersebut usai melakukan peninjauan pada acara Emergency Disaster Reduction & Rescue Expo (EDRR) Indonesia di JIExpo, Jakarta, Kamis (13/8/2025). Menurutnya, besarnya kerugian yang ditimbulkan akibat bencana menuntut adanya langkah strategis yang memanfaatkan teknologi terkini sekaligus memperkuat kolaborasi antarinstansi dan negara.
Peran Koordinasi Lintas Instansi dalam Mitigasi Bencana
Indonesia, dengan karakteristik geografis yang rawan bencana, membutuhkan koordinasi yang ketat di antara berbagai lembaga. Dalam hal ini, Kemenko PMK bertindak sebagai pengendali dan penyelaras sinkronisasi kerja antara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Basarnas, dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Pratikno menegaskan pentingnya kerja sama lintas sektor untuk menurunkan risiko dan mengurangi korban jiwa.
“Risiko bencana kita sangat besar. Kita harus menyelamatkan nyawa dan mengurangi risiko semaksimal mungkin. Jangan sampai ada korban yang banyak,” kata Pratikno. Ia juga menekankan bahwa setiap rupiah yang dikeluarkan untuk penanganan dan mitigasi bencana dapat menghemat kerugian publik hingga empat kali lipat, sehingga investasi dalam mitigasi sangat krusial.
Inovasi AI untuk Penyelamatan di Medan Sulit
Dalam era Revolusi Industri 4.0, teknologi seperti AI menawarkan berbagai solusi canggih yang dapat meningkatkan efektivitas penanganan bencana. Pratikno menyoroti bagaimana kecerdasan buatan dapat digunakan dalam operasi penyelamatan, terutama di lokasilokasi yang sulit dijangkau manusia secara langsung.
“Sering kali kita dihadapkan pada penyelamatan di tempat yang sangat sulit, bahkan di celah sempit. Kita harus menggunakan drone yang sangat akurat,” ungkapnya. Drone yang dilengkapi teknologi AI memungkinkan identifikasi kondisi dan evakuasi yang cepat, serta pengambilan data realtime untuk meminimalkan risiko terhadap petugas maupun korban.
Manfaat AI dalam Memperkuat Sistem Mitigasi dan Respons Bencana
Penerapan AI dalam mitigasi bencana tidak hanya berhenti pada kegiatan penyelamatan. Teknologi ini juga dapat digunakan untuk memperkirakan potensi bencana melalui analisis data besar (big data), sehingga peringatan dini bisa disampaikan lebih cepat dan tepat sasaran. Selain itu, AI membantu optimalisasi sumber daya dan pengambilan keputusan dalam kondisi darurat.
Berdasarkan tren global, adopsi AI di Indonesia tumbuh sangat pesat, mencapai 47 persen secara tahunan. Tingginya optimisme masyarakat terhadap teknologi AI juga menjadi peluang besar untuk mengintegrasikan kecerdasan buatan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk pengurangan risiko bencana.
Kesiapan dan Tantangan Implementasi
Meski potensi besar AI sangat menjanjikan, tantangan dalam hal infrastruktur, sumber daya manusia, dan regulasi masih perlu menjadi perhatian. Pemerintah harus mendorong penguatan kapasitas instansi terkait serta menggalakkan riset dan pengembangan teknologi AI yang relevan dengan karakteristik bencana di Indonesia.
Selain itu, kolaborasi internasional menjadi kunci dalam mengadopsi teknologi terkini dan berbagi pengalaman pengelolaan bencana. Pratikno menyatakan bahwa kerja sama lintas negara akan memperkuat upaya mitigasi dan memperluas akses Indonesia terhadap inovasi global.
Pemanfaatan AI bukan hanya sebuah kemewahan teknologi, melainkan kebutuhan strategis guna mengurangi kerugian dan menyelamatkan nyawa masyarakat di negara yang rawan bencana seperti Indonesia. Dengan dukungan komitmen pemerintah, teknologi, dan kerja sama multipihak, Indonesia berharap dapat mengantisipasi dan merespons bencana secara lebih cepat dan efektif di masa mendatang.





