Perkembangan AI terus bergerak cepat, dan perusahaan di berbagai industri kini berlomba menyiapkan fondasi teknologi yang kokoh untuk menyongsong era baru digital. Red Hat, perusahaan penyedia solusi open source terkemuka, menyatakan kesiapannya untuk menjawab kebutuhan masa depan tersebut dengan mengusung konsep fleksibel: Any model, Any accelerator, Any cloud.
Melalui pendekatan ini, perusahaan ingin memberikan keleluasaan bagi perusahaan dalam memilih model AI, akselerator, dan infrastruktur cloud yang paling sesuai tanpa dibatasi vendor tertentu. Dalam media briefing yang digelar 30 Juli 2025, Country Manager Red Hat Indonesia, Vony Tjiu, menegaskan bahwa Red Hat berupaya menciptakan ekosistem terbuka yang siap mengadopsi AI secara luas di berbagai sektor.
Pilar utama strategi mereka adalah menggabungkan kekuatan hybrid cloud, AI generatif, serta platform berbasis open source. Dengan ini, perusahaan berharap dapat menjadi mitra teknologi yang andal dalam mempercepat transformasi digital di Indonesia dan kawasan Asia Pasifik.
Platform Fleksibel dan Open Source Jadi Kunci Dekarbonisasi dan Efisiensi
Red Hat menegaskan bahwa transformasi digital tidak hanya soal adopsi teknologi terbaru, tetapi juga soal menciptakan sistem yang efisien, aman, dan berkelanjutan. Perusahaan-perusahaan yang mengandalkan Red Hat kini semakin melihat pentingnya membangun arsitektur IT yang terbuka dan fleksibel untuk mendukung kebutuhan AI masa depan.
Dalam praktiknya, mereka menawarkan berbagai solusi yang mendukung eksekusi AI secara hybrid. Mulai dari Red Hat AI Inference Server yang memungkinkan pengolahan AI generatif di berbagai model dan akselerator, hingga distribusi vLLM enterprise untuk mempercepat interaksi AI dengan performa tinggi.
Selain itu, mereka memang ingin mengandalkan kekuatan komunitas open source dan infrastruktur hybrid untuk menjamin skalabilitas dan efisiensi. Melalui Red Hat OpenShift dan Red Hat Enterprise Linux AI, perusahaan menyediakan ekosistem yang memungkinkan pengembangan dan deployment AI dari pusat data hingga ke edge secara aman dan terintegrasi.
Investasi SDM dan Inovasi Produk Jadi Prioritas Strategis
Red Hat juga menginvestasikan sumber daya besar pada pengembangan talenta digital di kawasan Asia Pasifik. Red Hat Academy, misalnya, telah melatih lebih dari 26.000 siswa di lebih dari 1.450 institusi di wilayah tersebut, termasuk lebih dari 7.500 siswa di Indonesia hingga 2025.
Komitmen ini menunjukkan bahwa Red Hat tidak hanya mendorong adopsi teknologi, tetapi juga membangun fondasi manusia dan ekosistem pendukungnya. Sejalan dengan itu, peluncuran Red Hat Enterprise Linux 10 menjadi salah satu tonggak penting yang membawa peningkatan signifikan dalam keamanan, skalabilitas, dan performa.
RHEL 10 hadir untuk menjawab tantangan adopsi cloud dan ancaman keamanan yang terus berkembang, termasuk terhadap komputasi kuantum. Dengan integrasi teknologi seperti container, AI, dan keamanan generasi berikutnya, mereka ingin berupaya memastikan pelanggannya siap menghadapi masa depan digital tanpa kehilangan kendali atas data dan infrastruktur mereka.
Dengan strategi Any model, Any accelerator, Any cloud, mererkaberusaha menjadi enabler utama dalam ekosistem AI global dan regional. Pendekatan terbuka dan hybrid yang ditawarkan memungkinkan organisasi dari berbagai sektor untuk mengadopsi AI tanpa hambatan vendor-lock-in, sekaligus menjaga fleksibilitas dan efisiensi operasional.
Di tengah persaingan teknologi yang semakin ketat, keberadaan platform yang andal, terbuka, dan siap pakai seperti Red Hat menjadi solusi penting bagi perusahaan yang ingin mendigitalisasi operasinya secara berkelanjutan dan bertanggung jawab. Kabarnya, merkea sendiri tampaknya tidak hanya menyiapkan teknologi, tetapi juga mempersiapkan talenta dan strategi jangka panjang yang bisa membawa dampak nyata bagi ekosistem digital Ind



