Rencana Israel Caplok Gaza Dipercepat, 60 Ribu Tentara Cadangan Disiapkan Jelang Invasi

Rencana Israel Caplok Gaza Dipercepat, 60 Ribu Tentara Cadangan Disiapkan Jelang Invasi

Militer Israel mempercepat rencana operasi militer di Jalur Gaza dengan mengumumkan pemanggilan tambahan 60.000 tentara cadangan. Langkah ini menandai fase baru yang lebih intensif dalam upaya Israel untuk mengamankan wilayah yang menjadi basis kelompok Hamas. Sebelumnya, 20.000 tentara cadangan telah bertugas aktif, dan kini masa tugas mereka akan diperpanjang seiring penambahan pasukan baru.

Penambahan Pasukan Cadangan untuk Operasi Gaza

Panglima militer Israel membenarkan bahwa pemanggilan tentara cadangan tersebut merupakan yang terbesar dalam beberapa bulan terakhir, dan diharapkan dapat mendukung rencana operasi yang lebih luas di beberapa daerah padat penduduk Kota Gaza. Salah satu fokus utama adalah menghancurkan jaringan terowongan bawah tanah yang digunakan oleh Hamas untuk bergerak dan melancarkan serangan.

Rencana ini sudah mendapatkan persetujuan awal dari Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz dan sedang menunggu persetujuan final dari Kepala Staf Angkatan Bersenjata dalam waktu dekat. Kepala staf juga telah diminta mempercepat jadwal serangan intensif yang sebelumnya dijadwalkan dalam beberapa hari ke depan.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa tujuan utama perang adalah membebaskan sandera yang masih ditahan Hamas dan memastikan bahwa organisasi militan tersebut tidak lagi menjadi ancaman serius bagi keamanan Israel. Netanyahu menegaskan, “Perang ini akan terus berlangsung hingga Hamas dikalahkan total.”

Kondisi di Gaza dan Reaksi Internasional

Jalur Gaza, yang dihuni sekitar 2 juta orang, sudah lama menghadapi krisis kemanusiaan yang makin memburuk selama konflik. Banyak warga tetap bertahan meskipun menghadapi kekurangan parah akan makanan, air bersih, dan kebutuhan pokok lainnya. Beberapa ratus ribu penduduk telah mengungsi dari bagian utara Gaza, namun sebagian besar memilih bertahan karena tidak menemukan tempat aman.

Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan jumlah korban tewas lebih dari 62.000 jiwa sejak awal serangan Israel, dengan separuhnya adalah perempuan dan anakanak. Malnutrisi juga menimbulkan kematian pada ratusan warga. Insiden terbaru terjadi saat puluhan warga yang mengantre bantuan kemanusiaan di perbatasan Zikim ditembak, menewaskan sedikitnya 27 orang dan melukai sekitar 100 lainnya.

Kelompok hak asasi manusia internasional memperingatkan bahwa eskalasi serangan akan memperparah krisis kemanusiaan dan berpotensi memicu pengungsian massal di wilayah tersebut. Juru bicara PBB Stephane Dujarric menyebut rencana Israel untuk mencaplok Gaza dan membatasi akses makanan serta obatobatan akan menciptakan “pengungsian massal lagi,” mengingat warga Gaza telah mengalami sejumlah besar gelombang pengungsian.

Persiapan Operasi Militer

Sumber militer Israel yang berbicara dengan syarat anonim mengungkapkan bahwa pasukan akan fokus mengoperasikan diri di beberapa kawasan Kota Gaza yang belum dikuasai, terutama di lingkungan Zeitoun dan kamp pengungsi Jabaliya di utara Gaza. Tempattempat tersebut diyakini masih menjadi pusat aktivitas Hamas.

Pasukan yang sudah ada disiapkan untuk memperluas kontrol dan menghancurkan jaringan terowongan strategis milik Hamas yang selama ini sulit dijangkau. Ini menjadi bagian dari operasi yang diprediksi akan berlangsung dalam beberapa hari mendatang, seiring dengan penebalan pasukan cadangan.

Dinamik Konflik dan Diplomasi

Konflik telah berlangsung selama 22 bulan, dengan berbagai upaya diplomasi yang terus berjalan. Mediator dari Mesir dan Qatar mengklaim Hamas menyetujui gencatan senjata selama 60 hari. Namun, Israel belum memberikan respons resmi atas tawaran tersebut karena pada saat yang sama fokus pemerintahnya masih mengutamakan kelanjutan operasi militer untuk melemahkan Hamas.

Sementara itu, protes menuntut gencatan senjata juga terjadi di dalam negeri Israel dengan melibatkan ratusan ribu warga. Demonstrasi ini menunjukkan adanya tekanan politik domestik di tengah konflik yang berkepanjangan.

Data terkini menunjukkan bahwa operasi militer Israel dan langkah pencaplokan Gaza menuai kritik dari berbagai negara dan organisasi internasional. Mereka menilai tindakan Israel tidak hanya berisiko memperburuk krisis kemanusiaan tapi juga menimbulkan ketidakstabilan yang lebih luas di kawasan Timur Tengah.

Perkembangan ini akan terus menjadi sorotan dunia mengingat konsekuensi politik, kemanusiaan, dan keamanan yang sangat signifikan di wilayah tersebut, sekaligus menandai babak baru dalam salah satu konflik paling kompleks dan berdarah di era modern.