Silicon Valley Asia Tenggara, Mimpi Indonesia Pusat Inovasi Digital dengan Kearifan Lokal

Silicon Valley Asia Tenggara, Mimpi Indonesia Pusat Inovasi Digital dengan Kearifan Lokal

Mimpi Indonesia untuk memiliki Silicon Valley Asia Tenggara sepertinya tidak pernah padam. Sudah ada sejak bertahun-tahun silam, meski belum pernah ada wujudnya. Di beberapa tempat ada yang mangkrak, ada yang lebih seperti klaim. Gagasan tersebut belum lama ini muncul lagi. Hal ini diungkapkan oleh Ismail, Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Digital, beberapa waktu lalu.

Baca juga Deretan Tayangan Berlatar Belakang Kisah Dari Silicon Valley

Ia menegaskan pusat inovasi tersebut tidak akan meniru model di Amerika Serikat, tetapi Silicon Valley Asia Tenggara akan mengembangkan model yang berbeda, selaras dengan kearifan lokal. Pemerintah Indonesia menegaskan tekad menjadi pusat inovasi teknologi digital di Asia Tenggara dengan membangun ekosistem yang berdaulat, inklusif, dan berbasis kearifan lokal.

“Ambisi menjadi Silicon Valley Asia Tenggara bukanlah untuk meniru, melainkan membangun model Indonesia yang unik dengan inovasi-inovasi yang inklusif, berlandaskan kearifan lokal, dan berorientasi pada nilai,” tegasnya dalam acara digitalCIO Indonesia: Menjadikan Indonesia Silicon Valley Asia Tenggara di Jakarta (15/07).

Sekjen Ismail juga menyoroti keberhasilan berbagai startup lokal, diantaranya Xendit, Ruangguru, Kata.ai, dan KampungDigital, yang telah mentransformasi kehidupan masyarakat di berbagai daerah. “Mereka telah mengubah lanskap digital, bukan hanya demi produktivitas, tetapi juga pendidikan, martabat, dan ketahanan sosial,” jelasnya.

Silicon Valley Asia Tenggara Sesuai Visi Indonesia Digital 2045

Ismail, Sekretaris Jenderal Kementerian Komunikasi dan Digital

Menurut Ismail, Silicon Valley Asia Tenggara ini sesuai dengan visi besar Presiden Prabowo Subianto menuju Indonesia Digital 2045. Di mana pemerintah tidak hanya mendorong transformasi digital sebagai sarana modernisasi layanan publik, tapi menjadikannya misi strategis nasional untuk menciptakan kedaulatan teknologi, daya saing SDM, dan ketahanan sosial berbasis inovasi digital.

“Indonesia siap tampil sebagai pusat inovasi teknologi di Asia Tenggara. Karena Indonesia sudah siap. Misi ini sepenuhnya sejalan dengan visi nasional yang ditetapkan oleh Presiden Prabowo Subianto,” tandas Ismail.

Pemerintah memberikan perhatian pada infrastruktur digital, pemerintahan digital, ekonomi digital, dan masyarakat digital sebagai empat pilar utama yang menjadi landasan strategi digital nasional. Keempat pilar ini diarahkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional dan memperkuat posisi Indonesia dalam peta persaingan teknologi global.

Sebagai langkah nyata, Kementerian Komdigi terus mendorong regulasi yang adaptif, pengembangan talenta digital yang inklusif, penguatan keamanan siber, dan tata kelola AI yang etis. Ismail menegaskan bahwa pemerintah harus menjadi katalisator, bukan hambatan dalam inovasi.

“Komdigi percaya bahwa pemerintah harus menjadi platform yang memfasilitasi, bukan menghambat. Itu berarti berinovasi bersama startup, membangun regulasi yang adaptif, dan membuka ekosistem digital yang mencerminkan nilai bersama,” jelas Ismail.

Melalui kolaborasi lintas sektor, Indonesia bertekad menjadikan transformasi digital sebagai lokomotif ekonomi menuju Indonesia Emas 2045 dan mewujudkan Indonesia yang bukan hanya sebagai pengguna teknologi, tapi juga produsen inovasi global.