Teknologi Poligenerasi: Ubah Air Laut Jadi Garam, Air Bersih, dan Listrik

Teknologi Poligenerasi: Ubah Air Laut Jadi Garam, Air Bersih, dan Listrik

Di tengah cuaca ekstrem yang melanda pesisir Madura, sebuah inovasi teknologi bernama “poligenerasi” muncul sebagai solusi yang diharapkan dapat mengubah nasib petani garam lokal. Teknologi ini tidak hanya mengolah air laut menjadi garam berkualitas, tetapi juga menghasilkan air bersih dan listrik melalui metode yang terintegrasi, mengubah satu sumber daya menjadi empat produk yang bermanfaat.

Revolusi Teknologi di Pesisir Madura

Inovasi yang dikembangkan oleh tim dari Universitas Trunojoyo Madura ini menandai langkah maju dalam mengatasi masalah ketidakpastian cuaca yang selama ini menjadi tantangan bagi petani garam. Proyek “Harvesting Hope” berambisi untuk merombak paradigma tradisional pertanian garam dengan memanfaatkan sumber daya alam secara lebih efisien. Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Prof. Fauzan, menyatakan bahwa keberhasilan ini merupakan hasil dari sinergi antara dunia akademik dan masyarakat, serta tekad untuk menciptakan teknologi yang aplikatif.

Sistem Cerdas Poligenerasi

Dalam teknologi poligenerasi, energi matahari menjadi sumber utama yang digunakan untuk mengoperasikan proses pengolahan. Energi tersebut ditangkap oleh panel surya dan diubah menjadi listrik melalui siklus Rankine yang efektif. Kemudian, air laut yang menjadi bahan baku diproses dalam beberapa tahap secara simultan, menghasilkan garam berkualitas, air bersih, serta mendukung budidaya rumput laut.

Dengan memanfaatkan air laut yang kaya nutrisi, para petani kini mampu memproduksi:

  1. Garam Berkualitas: Melalui pengolahan yang lebih terkontrol.
  2. Air Bersih: Hasil desalinasi dari air laut yang diproses dengan energi terbarukan.
  3. Listrik: Dari energi yang dihasilkan oleh panel surya.
  4. Rumput Laut: Komoditas dengan nilai jual yang tinggi.

Dampak Ekonomi yang Signifikan

Inovasi ini menunjukkan dampak nyata bagi masyarakat. Menurut Assoc. Prof. Wahyudi Agustiono, jika teknologi ini dioperasikan selama 8 jam, bisa menghasilkan air bersih dengan nilai jual sekitar 500 ribu rupiah. Harga tersebut lebih murah dibandingkan dengan air kemasan yang ada di pasaran. Selain itu, pendapatan dari garam dan rumput laut menjadi sumber ekonomi tambahan yang menguntungkan bagi petani.

Kolaborasi dan Peran Mahasiswa

Proyek “Harvesting Hope” tidak hanya menguntungkan masyarakat lokal, tetapi juga menarik perhatian internasional. Kemitraan dengan universitas ternama seperti Newcastle University dan MIT di Melbourne memperlihatkan bahwa teknologi ini memiliki potensi dampak global. Mahasiswa yang terlibat dalam proyek ini menjadi motor inovasi dengan ideide kreatifnya, salah satunya adalah pengembangan sistem pintu air otomatis untuk budidaya rumput laut.

Prof. Fauzan pun memberikan penghargaan atas inisiatif ini, menekankan pentingnya pengalaman belajar langsung bagi mahasiswa di lapangan, serta manfaat bagi para petani yang mulai memahami cara produksi garam yang lebih baik.

Perubahan Menuju Masa Depan yang Berkelanjutan

Proyek ini menjadi contoh nyata bagaimana teknologi dan kolaborasi dapat memecahkan masalah yang dihadapi masyarakat. Dengan memanfaatkan sumber daya yang ada secara efisien, poligenerasi memberikan alternatif yang berkelanjutan tidak hanya untuk meningkatkan pendapatan petani, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan air bersih di daerah yang sebelumnya kekurangan.

Seiring berjalannya waktu, kisah keberhasilan dari Madura ini menjadi inspirasi bagi berbagai sektor di Indonesia untuk mengeksplorasi dan menerapkan inovasi serupa. Sektorsektor lain, seperti pertanian, perikanan, dan energi, berpotensi besar untuk mendapatkan manfaat dari teknologi yang dikembangkan secara lokal namun memiliki dampak global.