Trump Frustasi dengan Putin Usai Rusia Luncurkan Serangan Besar ke Ukraina

Trump Frustasi dengan Putin Usai Rusia Luncurkan Serangan Besar ke Ukraina

Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyatakan frustrasi terkait serangan udara besarbesaran yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina pada Minggu, 7 September 2025. Serangan yang melibatkan ratusan drone dan rudal tersebut menjadi yang terbesar sejak awal konflik, dan menandai kegagalan upaya negosiasi damai yang sebelumnya diupayakan pemerintahannya.

Dalam keterangannya kepada wartawan setibanya di Pangkalan Gabungan Andrews, Trump mengungkapkan ketidaksenangannya terhadap situasi saat ini. “Saya tidak senang, saya tidak senang dengan seluruh situasi ini,” ujarnya secara tegas. Pernyataan ini menunjukkan kekecewaan Trump setelah bertemu langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin pada bulan sebelumnya dan tidak berhasil mencapai solusi perdamaian.

Trump juga menegaskan bahwa dirinya adalah sosok yang paling keras dalam menghadapi Rusia dan Presiden Putin. Ia menyatakan akan meneruskan usaha untuk mengakhiri perang yang telah menimbulkan korban serta kerusakan besar di Ukraina. “Tidak ada yang lebih keras terhadap Presiden Putin. Saya tidak senang dengan Putin. Saya tidak senang dengan apa yang terjadi,” tegas Trump. Ia bahkan menunjukkan kesiapan untuk meningkatkan sanksi ekonomi terhadap Moskow dengan tujuan melemahkan perekonomian Rusia secara signifikan. “Ya, saya siap,” katanya singkat tanpa merinci lebih lanjut.

Sementara itu, Menteri Keuangan AS Scott Bessent menegaskan bahwa penguatan sanksi, termasuk penerapan sanksi sekunder terhadap negaranegara pembeli minyak Rusia, dapat memperlemah ekonomi Rusia hingga pada akhirnya memaksa Putin kembali ke meja perundingan. Menurut Bessent, “Kami siap untuk meningkatkan tekanan terhadap Rusia, tetapi kami membutuhkan mitra Eropa kami untuk mengikuti kami.” Ia juga menjelaskan bahwa saat ini berlangsung persaingan antara kemampuan militer Ukraina untuk bertahan dengan ketahanan ekonomi Rusia.

Dalam serangan udara Rusia tersebut, dilaporkan sedikitnya empat orang tewas, termasuk seorang bayi, serta sejumlah gedung pemerintahan Ukraina di Kyiv mengalami kerusakan berat akibat serangan drone dan rudal balistik. Pasukan Rusia mengerahkan setidaknya 810 drone dan 13 rudal dalam satu serangan berturutturut, jumlah terbesar yang tercatat sejak perang dimulai.

Kondisi ini memperlihatkan eskalasi ketegangan yang signifikan dan mencerminkan kegagalan diplomasi yang telah dilakukan selama ini. Proses negosiasi yang melibatkan berbagai pihak hingga kini belum membuahkan hasil yang berarti untuk mengakhiri konflik yang telah berlangsung lebih dari dua tahun. Trump menegaskan bahwa dirinya tetap fokus untuk mencari solusi walaupun menghadapi hambatan besar.

Kerusakan yang terjadi akibat serangan juga berdampak serius pada infrastruktur pemerintahan Ukraina, menghadirkan tantangan baru dalam menjaga stabilitas politik dan keamanan nasional. Serangan ini sekaligus menjadi peringatan keras atas potensi lamanya konflik yang dapat berimbas pada kesejahteraan rakyat Ukraina dan situasi geopolitik global.

Dalam menghadapi situasi ini, Amerika Serikat dan sekutu Eropa diharapkan meningkatkan koordinasi dan upaya diplomatik sambil memberikan dukungan militer dan ekonomi kepada Ukraina. Penguatan sanksi dan bantuan yang tepat dapat menjadi kunci dalam menekan Rusia untuk menyesuaikan kebijakan dan akhirnya mengambil langkah menuju penyelesaian damai yang berkelanjutan.