Warga Pati Prihatin Kondisi Daerah, Nyalakan 1.000 Lilin di Alunalun

Warga Pati Prihatin Kondisi Daerah, Nyalakan 1.000 Lilin di Alunalun

Warga Kabupaten Pati menggelar aksi spontan dengan menyalakan 1.000 lilin di Alunalun Simpang Lima Pati sebagai ungkapan keprihatinan atas ketidakhadiran Bupati Pati Sudewo selama sepekan. Tradisi yang jarang terjadi ini menjadi sorotan masyarakat dan menggambarkan keinginan kuat warga agar pemerintahan daerah kembali berjalan normal.

Aksi Damai dengan Cahaya Lilin

Pada Rabu malam (20/8), suasana di Alunalun Simpang Lima Pati berubah drastis. Cahaya temaram yang biasanya hanya datang dari lampu jalan kali ini dipenuhi oleh kerlip 1.000 lilin yang berjajar rapi di tembok pembatas tanaman. Banyak warga yang melintasi area tersebut berhenti dan kagum menyaksikan pemandangan unik dan menghangatkan hati itu. Beberapa bahkan memanfaatkan kesempatan untuk berswafoto dengan latar belakang cahaya lilin yang memancar lembut di malam hari.

Fatmawati, salah satu warga yang hadir, menyatakan, “Cukup ramai dan menarik perhatian, sehingga kesempatan untuk berswafoto karena terlihat indah dan tidak pernah dijumpai pemandangan seperti ini di Alunalun Simpang Lima Pati.” Pernyataan serupa disampaikan Ardi, pengunjung lain yang mengamini bahwa suasana sunyi dan penuh kedamaian itu memberikan harapan baru bagi warga setempat.

Berangkat dari Keprihatinan terhadap Kondisi Pemerintahan

Hanif Wagirin, perwakilan Aliansi Masyarakat Pati Bersatu, menegaskan bahwa aksi menyalakan lilin ini bukan inisiatif dari organisasi manapun. “Ini benarbenar aksi spontan masyarakat yang ingin menyampaikan aspirasi secara damai,” ujarnya. Menurut Hanif, rangkaian ini dipicu oleh sebuah pamflet yang beredar di media sosial yang mengajak masyarakat menggelar aksi 1.000 lilin sebagai tanda peringatan atas absen Bupati Pati selama tujuh hari berturutturut tanpa kejelasan.

Keberadaan Bupati Pati sangat penting dalam mengawal berbagai isu strategis yang tengah dihadapi daerahnya. Dengan absennya Sudewo, banyak warga yang merasa kebingungan dan khawatir terkait kelancaran pemerintahan dan pelaksanaan program pembangunan.

Simbol Harapan dan Doa

Aksi lilin tersebut tidak hanya menjadi sebuah pertunjukan visual semata, tetapi juga simbol doa dan harapan agar Bupati segera kembali mengemban tugasnya. “Masyarakat mengekspresikan keprihatinannya tanpa orasi berlebih atau spanduk besar,” jelas Hanif. Momen ini menjadi cerminan bahwa aspirasi bisa disampaikan secara damai dan penuh makna.

Di tengah aksi ini, pihak keamanan setempat juga ikut memastikan situasi tetap kondusif dan arus lalu lintas berjalan lancar. Puluhan aparat berjaga untuk menjaga ketertiban, sementara warga yang datang hanya fokus berdoa dan menikmati keindahan ribuan lilin yang menjadi simbol harapan.

Respons di Media Sosial dan Kepedulian Warga

Masyarakat Pati semakin menunjukkan solidaritasnya melalui media sosial dengan membagikan fotofoto dan video aksi lilin tersebut. Hal ini membantu menyebarluaskan pesan damai dan keprihatinan terhadap situasi pemerintahan yang tengah mengalami masalah. Berbagai komentar mendukung aksi tersebut sebagai bentuk perhatian nyata dari warga terhadap kondisi daerah.

Aksi spontan ini juga mengundang perhatian pihak pemerintah dan masyarakat luas agar segera ada langkah penyelesaian yang tepat. Gubernur Jawa Tengah bahkan menggelar rapat terbatas untuk memastikan tidak terjadi kelumpuhan dalam pemerintahan Kabupaten Pati.


Gerakan menyalakan 1.000 lilin di Alunalun Simpang Lima Pati menjadi lambang kegelisahan sekaligus harapan warga agar kondisi pemerintahan di daerahnya dapat segera pulih. Selain menjadi media ungkapan aspirasi yang tenang dan penuh makna, aksi tersebut juga menunjukkan kekuatan solidaritas masyarakat dalam menghadapi tantangan pemerintahan lokal yang sedang mengalami kendala. Warga Pati berharap ke depan, komunikasi dan pengelolaan pemerintah dapat berjalan lebih efektif untuk kesejahteraan seluruh masyarakat.